Sabtu, Juli 26, 2008

ILMUWAN DENGAN TIKUS PUTIH

ILMUWAN DENGAN TIKUS PUTIH

Seorang ilmuwan tengah menguji potensi dan kekuatan seekor tikus putih. Setiap pagi ia mengeluarkan seekor tikus putih pilihan dari kandang lalu memasukkannya ke dalam suatu kaca yang penuh dengan air. Ilmuwan itu memperhatikan bagaimana tikus itu berjuang untuk tetap hidup.
Apabila tikus itu kelihatan sudah kehilangan tenaga dan mulai tenggelam ke dasar air, maka ia segera memberikan tangan kanannya lalu mengangkat tikus tersebut. Ia selalu mencatat secara lengkap semua perkembangan selama satu minggu. Dari catatan tersebut diketahui bahwa kekuatan dan ketahanan tikus di dalam air meningkat dari hari ke hari.
Pada hari ke delapan, sang ilmuwan menguji coba kekuatan dan ketahanan tikus. Tetapi belum lama berselang tiba-tiba asisten dari ilmuwan tersebut datang memberitahukan bahwa ada telpon penting yang sedang menunggu di ruangannya. Sang ilmuwan pun menyerahkan catatan dan beranjak ke ruangannya. Si asiten ini hanya melihat sesekali ke tikus dan kemudian sibuk dengan catatan dan aktivitas lab lainnya. Sedangkan sang ilmuwan berbincang-bincang lama di telpon. Tikus yang tengah berjuang di dalam air sengaja tidak berupaya lebih keras karena mengira sang ilmuwan pasti menolongnya. Tetapi nahas, saat itu si tikus benar-benar mati tenggelam karena tidak ada yang memperhatikanya atau bahkan menolongnya.
Siapakah yang membunuh tikus itu? Jawabnya adalah pikiran tikus itu sendiri. Secara ilmiah berdasarkan catatan perkembangan ketahanan dan kemampuan si tikus, ilmuwan tersebut menilai seharusnya tikus itu mampu bertahan lebih lama. Tetapi karena tikus terlanjur hanya mengharapkan bantuan yang tak kunjung datang, maka si tikuspun mati.


PESAN

Si tikus mati tenggelam bukan karena ia tidak mampu berenang. Telah disebutkan bahwasanya kemampuan dan ketahanan tikus sudah cukup baik bahkan meningkat dari hari ke hari. Persoalannya adalah ia tidak bersedia memperjuangkan hidupnya itu dan hanya mengandalkan bantuan orang lain yaitu sang ilmuwan.
Kisah tersebut menginspirasikan bahwa setiap tingkat kemajuan atau keberhasilan seseorang selalu didahului dengan tantangan. Bila kita sudah dapat menaklukkan tantangan tersebut, dengan sendirinya kekuatan dan prestasi kita setingkat lebih maju. Sehingga keberhasilan terletak pada seberapa besar kemauan kita untuk menaklukkan tantangan tersebut, karena Tuhan Yang Maha Kuasa sudah memberi kita dua tangan agar kita bisa membantu diri kita sendiri.
Tak ubahnya bila kita ingin sukses, maka kita harus bersedia memperbaiki diri dan gigih berusaha. Karena keadaan kita tidak akan pernah lebih baik bila hanya mengandalkan bantuan orang lain.

”Victory belongs to the most persevering”
Kejayaan adalah milik mereka yang gigih
-Napoleon Bonaparte-

Tidak ada komentar: