Kamis, Juli 17, 2008

Adakah Hal Yang Masih Patut Disesali

Mungkin kah hidup yang kita jalani tanpa penyesalan? Sebuah pertanyaan yang menarik ditanyakan oleh sahabat kepada saya, pada suatu sore saat kami sedang berdiskusi. Beliau mengisahkan tentang pekerjaannya. Kesuksesannya dalam berkarir tidak diikuti dengan kesuksesannya dalam berumahtangga. Beliau yang telah menikah selama lima tahun kini merasa mulai banyak ketidakcocokan diantara mereka. Perbedaan usia hingga 12 tahun terkadang membuat ia merasa pilihan dan tindakannya tidak dipahami oleh istrinya yang masih muda belia.
Bayangkan saja, ketika dia bekerja melampaui jobdes-nya, atasannya senang. Perusahaannya senang. Lalu dia mendapatkan reward yang lebih baik daripada karyawan lainnya. Bahkan, jika keadaan memungkinkan, bisa jadi dia dipromosikan. Itu sudah menjadi hukum alami. Namun, mengapa istrinya tidak menyambut baik keberhasilannya hingga pernah di suatu hari istri menyuruhnya untuk keluar dari pekerjaan dan lebih memilih untuk memulai usaha sendiri. Sang istri merasa kehidupan keluarganya lebih hangat dan penuh cinta ketika suaminya hanya menjadi karyawan biasa meskipun dengan pendapatan yang pas-pasan. Layaknya seorang yang sedang dalam kebimbangan karena keadaanya yang salah dalam melakukan pilihan maka sahabat saya sangat menyesali kesalahannya itu.
Hidup tanpa penyesalan, berarti tidak melakukan sesuatu yang kelak akan mendatangkan penyesalan. Tiada yang tahu apa yang akan terjadi esok hari. Bisa jadi penyesalan hari ini tidak bisa lagi diperbaiki, sebab kesempatan itu telah berlalu, atau bahkan tidak pernah tiba. Justru menambah dalam penyesalan. Karena itu senantiasa melakukan tindakan yang terbaik adalah keharusan. Menjalani hidup sebaik-baiknya hari ini, demi kebaikan di masa yang akan datang.
Saya mengatakan pada sahabat saya bahwa penyesalan itu penting. Penyesalan itu adalah sebuah akibat dari sebuah sebab. Akibat yang tidak sesuai dengan kehendak itulah yang mendatangkan penyesalan. Artinya, jika akibat yang yang ada tidak seperti yang di kehendaki, berarti ada yang salah pada sisi sebabnya. Maka penyesalan itu datangnya selalu belakangan, lantaran ia hanya akibat. Karena ada yang salah pada sisi sebabnya, maka penyesalan itu menjadi penting. Penyesalan itu sebuah kondisi dimana seseorang telah menyadari kekeliruannya. Telah menemukan kesalahannya. Menginsyafi bahwa apa yang telah dilakukannya salah dan merugikan dirinya. Ketika kita dilarang menyesali keadaan, maka sama artinya kita dilarang menginsyafi dan menyadari kesalahan-kesalahan kita.
Taubat itu tidak akan terjadi jika tidak diawali dengan sebuah penyesalan, bukan? Karena ia sadar bahwa ia berbuat salah, karena ia menginsyafi bahwa ia telah men-dzalimi banyak orang, dan itu semua merugikan diri sendiri dan banyak orang, maka ia menyesal dan bertobat serta tidak akan melakukannya lagi. Begitu kan urut-urutannya? Karena itulah "penyesalan" itu adalah pintu menuju pertobatan. Menjalani hidup tanpa penyesalan memang tidak mudah. Lalu bagaimana bila penyesalan itu akhirnya terjadi? Bila penyesalan itu tanpa bisa dihindari timbul, maka ada dua pilihan yang bisa diambil. Pertama tenggelam semakin dalam pada lautan penyesalan. Menyiksa diri lebih lanjut. Atau yang kedua, yang merupakan suatu hal penting yang harus selalu kita ingat, yaitu menyadari bahwa segala sesuatu yang telah terjadi pada diri, baik atau pun buruk, itu adalah yang terbaik untuk kita.
Inilah indahnya hidup yang kita jalani. Sesungguhnya tiada ciptaan-Nya yang sia-sia. Bila hal ini telah tertanam di hati, maka kita dapat melihat bahwa terdapat hikmah pada segala hal. Bahkan pada suatu kemalangan yang menimpa. Karena ujian hidup merupakan sarana pendidikan dari Allah, agar menjadi manusia yang lebih baik. Penyesalan Memang Selalu datang terlambat, adakah penyesalan yang datang terlalu awal? Apabila ada penyesalan yang datang tepat pada waktunya tidak akan ada pelajaran, tak akan merasakan pahitnya kehidupan. Tak ada satupun manusia yang tidak pernah menyesal. Penyesalan berguna Untuk menjadi pelajaran hidup, agar penyesalan tak selalu menghampiri, agar bisa mengambil keputusan bijaksana, arif dan yang terbaik.
Akhirnya sahabat saya tersebut menyadari bahwa ia hanya perlu bekerja sesuai dengan kemampuan tanpa harus melalaikan perhatiannya kepada keluarga. Sebab, bekerja sesuai dengan kemampuan berarti mempersembahkan pencapaian kerja yang berkualitas tinggi. Melalui seluruh potensi unggul yang telah Tuhan anugerahkan kepada kita. Ternyata sederhana sekali cara untuk menjalani hidup tanpa penyesalan itu. Cukup jalani hidup dengan sebaiknya. Dan ketika cobaan itu datang, jadikan batu loncatan untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Lalu adakah hal yang masih patut disesali?

Tidak ada komentar: