Sabtu, Juli 26, 2008

ILMUWAN DENGAN TIKUS PUTIH

ILMUWAN DENGAN TIKUS PUTIH

Seorang ilmuwan tengah menguji potensi dan kekuatan seekor tikus putih. Setiap pagi ia mengeluarkan seekor tikus putih pilihan dari kandang lalu memasukkannya ke dalam suatu kaca yang penuh dengan air. Ilmuwan itu memperhatikan bagaimana tikus itu berjuang untuk tetap hidup.
Apabila tikus itu kelihatan sudah kehilangan tenaga dan mulai tenggelam ke dasar air, maka ia segera memberikan tangan kanannya lalu mengangkat tikus tersebut. Ia selalu mencatat secara lengkap semua perkembangan selama satu minggu. Dari catatan tersebut diketahui bahwa kekuatan dan ketahanan tikus di dalam air meningkat dari hari ke hari.
Pada hari ke delapan, sang ilmuwan menguji coba kekuatan dan ketahanan tikus. Tetapi belum lama berselang tiba-tiba asisten dari ilmuwan tersebut datang memberitahukan bahwa ada telpon penting yang sedang menunggu di ruangannya. Sang ilmuwan pun menyerahkan catatan dan beranjak ke ruangannya. Si asiten ini hanya melihat sesekali ke tikus dan kemudian sibuk dengan catatan dan aktivitas lab lainnya. Sedangkan sang ilmuwan berbincang-bincang lama di telpon. Tikus yang tengah berjuang di dalam air sengaja tidak berupaya lebih keras karena mengira sang ilmuwan pasti menolongnya. Tetapi nahas, saat itu si tikus benar-benar mati tenggelam karena tidak ada yang memperhatikanya atau bahkan menolongnya.
Siapakah yang membunuh tikus itu? Jawabnya adalah pikiran tikus itu sendiri. Secara ilmiah berdasarkan catatan perkembangan ketahanan dan kemampuan si tikus, ilmuwan tersebut menilai seharusnya tikus itu mampu bertahan lebih lama. Tetapi karena tikus terlanjur hanya mengharapkan bantuan yang tak kunjung datang, maka si tikuspun mati.


PESAN

Si tikus mati tenggelam bukan karena ia tidak mampu berenang. Telah disebutkan bahwasanya kemampuan dan ketahanan tikus sudah cukup baik bahkan meningkat dari hari ke hari. Persoalannya adalah ia tidak bersedia memperjuangkan hidupnya itu dan hanya mengandalkan bantuan orang lain yaitu sang ilmuwan.
Kisah tersebut menginspirasikan bahwa setiap tingkat kemajuan atau keberhasilan seseorang selalu didahului dengan tantangan. Bila kita sudah dapat menaklukkan tantangan tersebut, dengan sendirinya kekuatan dan prestasi kita setingkat lebih maju. Sehingga keberhasilan terletak pada seberapa besar kemauan kita untuk menaklukkan tantangan tersebut, karena Tuhan Yang Maha Kuasa sudah memberi kita dua tangan agar kita bisa membantu diri kita sendiri.
Tak ubahnya bila kita ingin sukses, maka kita harus bersedia memperbaiki diri dan gigih berusaha. Karena keadaan kita tidak akan pernah lebih baik bila hanya mengandalkan bantuan orang lain.

”Victory belongs to the most persevering”
Kejayaan adalah milik mereka yang gigih
-Napoleon Bonaparte-

Kamis, Juli 17, 2008

Clinical Hypnotherapist & Life Coach

Cinta Seorang Anak

Salah satu klien saya adalah penginap leukemia. Umurnya masih sangat muda baru saja menginjak 19 tahun. Gejala-gejala leukemia memang telah terlihat dari semenjak ia belia. Hampir setiap saat ia mimisan, rambutnya rontok, dan kondisi tubuhnya yang tidak pernah fit. Setiap kali ibunya mengajak untuk periksa ke dokter, gadis manis ini selalu menolak dengan alasan berbagai alasan dan sang ibupun sangat memahami hal tersebut. Namun sesungguhnya bukan itu yang menjadi alasan sebenarnya. Gadis manis ini takut bila ia mengetahui kemungkinan terburuk atas apa yang tengah ia alami.
Sakitnya semakin parah ketika ia memasuki bangku kuliah. Selain kesibukan perkuliahan yang padat dan aktivitasnya di organisasi kemahasiswaan, ia pun masih harus pulang pergi dari rumah menuju kampusnya yang kurang lebih berjarak 1,5 jam dengan bis. Ia semakin sering sakit-sakitan dan terkadang ia harus bolos kuliah hingga berhari-hari sehingga membuat orangtuanya begitu mengkhawatirkannya. Sampai pada akhirnya ia memutuskan untuk kost. Gadis ini begitu bersemangat, ia semakin sibuk dengan berbagai aktivitasnya, ditambah lagi ia menjalankan bisnis untuk meringankan tanggungjawab orangtuanya dalam membiayai kuliah dan kehidupannya. Karena ia ingin sekali menjadi mandiri dan tidak mau merepotkan orangtuanya. Hingga pada suatu hari ia jatuh pingsan di kampusnya. Oleh teman-temannya ia dibawa ke rumah sakit dan harus dirawat inap. Dari situlah diagnosa dokter menyatakan bahwa ia menginap leukimia. Gadis tersebut terkejut, ia berpikir bahwa hidupnya tak akan lama lagi. Namun karena mengingat perjuangan orangtuanya di desa dimana telah bersusah payah bertani demi menguliahkannya di perguruan tinggi ternama. Gadis ini memantapkan hati untuk terus berjuang melawan penyakitnya. Ia tetap tidak ingin memberitahukan penyakitnya kepada orangtua maupun keluarganya. Karena ia begitu sayang kepada orangtuanya, tidak ingin membuat mereka khawatir.
Selama 11 hari ia dirawat di rumah sakit, ia tetap bersabar, terus berdoa dan dengan dukungan dari sahabat-sahabatnya, ia dapat membayar biaya rumah sakit. Ia tidak menuruti saran dokter dengan meminum obat dan kontrol yang berkesinambungan. Ia hanya yakin bahwa ia pasti bisa sembuh dengan seizin Yang Maha Kuasa. Saya salut dan kagum dengan dedikasi dan perjuangannya melawan penyakit. Ia sangat bersemangat, ceria dan sedikitpun tidak terlihat seperti pesakitan. Selama saya terapi keluhan-keluhannya berkurang dan hingga hari ini ia tidak pernah lagi mimisan. Kemudian setelah tiga kali terapi, saya menyarankan untuk ceck up ke dokter dan alhamdulillah hasilnya sungguh luar biasa sel-sel darah merahnya aktif bergerak. Begitu dasyatnya kekuatan cintanya terhadap keluarga, impian dan niatan yang kuat untuk terus berjuang melawan penyakit leukimia. Subhanallah.

Atas Nama Tuhan

Seorang Bapak berumur diawal 40 tahunan datang berkonsultasi. Ia merasa bahwa hidupnya hampa. Selama ini ia telah bekerja keras namun ia tidak merasakan kenikmatan yang berarti dari hasil pekerjaannya. Kesuksesan karir dan keluarga harta yang berlimpah membuatnya semakin hampa. Ia merasa menjadi manusia yang tidak berguna. Ia melihat kehidupan supir pribadinya. Seorang yang sederhana namun rasanya kehidupan yang dijalani olehnya jauh lebih bahagia dan nikmat. Bapak berumur 40 tahunan ini mulai membanding-bandingkan dan merasa Tuhan itu tidak adil. Akhirnya kami berdiskusi dalam perbincangan panjang yang mendalam. Saya berpendapat bahwa setiap manusia itu memiliki energi. Energi yang dimiliki manusia jika dihitung dengan kilowatt per jam, maka Anda, saya dan kita semua bernilai lebih dari uang milyaran dollar. Hal ini menunjukkan bahwa manusia adalah mahluk yang paling berguna. Anda harus berpikir sebagai orang yang berguna dan harus merasa berguna.
Kehidupan ini berjalan seiring waktu dan tidak mengenal kompromi bagi siapa saja yang terlambat untuk menggunakannya dengan cara mengisi warna-warni kehidupan. Siapa yang terlambat maka ia akan tergilas dan siapa yang cepat maka ia akan memerankan peran menjadi aktor dalam sandiwara kehidupan. Sebagian orang memilih menjadi peran utama, sebagian lagi menjadi peran pembantu dan mungkin sebagian lainnya hanya menjadi juru rias, cleaning service, atau bahkan hanya jadi penonton yang menikmati hidupnya diluar panggung sandiwara yang kita kadang sebut ”Kehidupan”. Apapun peran yang kita mainkan dalam kehidupan ini yang pasti punya tujuan, entah untuk nilai komersialisasi, nilai status sosial atau bahkan mengatasnamakan ”Tuhan” sekalipun, yang penting kita punya peran. Semakin lama sandiwara ini kita mainkan maka semakin banyak hal yang perlahan tapi pasti mulai kita pahami dan pemahaman itulah yang telah membuka pintu hati kita untuk mengenal sang ”Sutradara” yang kita sebut ”Tuhan”.
Selama berhari-hari, bulan bahkan bertahun-tahun kita menjadi aktor dari skenario cerita kehidupan yang kita sering bimbang dan bingung apa yang ada di balik cerita yang kita perankan. Boleh jadi kita isi cerita kehidupan ini dengan menjadi preman, guru, dokter atau apapun. Belajar untuk mempelajari keragaman alam berpikir dari sudut pandang yang berbeda dan belajar untuk tidak selalu mengklaim kebenaran hanya dari satu sudut pandang telah membawa alam kesadaran berpikir kita bahwa hanya Tuhan yang berhak untuk mengatasnamakan ”Kebenaran Mutlak” dan manusia tidak punya hak mengatasnamakan Tuhan untuk saling menghakimi, saling mengkafirkan bahkan Tuhan tidak pernah memberikan legitimasi manusia mengatasnamakan Tuhan untuk mencabut ”hak nafas kehidupan” manusia lainnya.
Menjadi orang yang berguna, harus mempunyai sikap sebagai orang yang berpikir, merasa, bertindak yang berguna. Berguna sebagai satu kesatuan antara akal, pikiran, hati dan ruh (jiwa) manusia yang semangat bekerja. Hilangkan rasa kecewa dan tanamkan dipikiran bahwa bukan manusia atau perusahaan yang memberinya ‘reward” ketika menemukan ide baru sebagai trouble shooter. Namun balasan akan didapatkannya dari Allah SWT Sang Pemberi ilmu pengetahuan dan yang menimbulkan ide muncul di otaknya. Sebagai manusia dengan perannya masing-masing. Anda sebagai pelajar, guru, karyawan, pengusaha, penulis, musisi atau peran lainnya maka mintalah padaNya dalam do’a-doa setiap saat dan setiap detik agar diberi hinayah dan hidayah. Diberi ide, petunjuk dan ilmu sebab Dia yang Maha Mengetahui.

Hikmah di Balik Ujian

Dalam percakapan yang mendalam, ibu itu akhirnya membuka seluruh permasalahan yang dihadapi. Ia menceriterakan bahwa kasus kawin lagi suaminya bukan yang pertama. Suaminya sudah sering diam-diam memiliki isteri simpanan, tetapi setiap kepergok kemudian dicerai. Ia juga mengaku bahwa suaminya termasuk "orang kuat" di tempat tidur sehingga ia sering merasa kewalahan dalam melayaninya. Ia menduga bahwa jika suami sedang tidak mempunyai isteri simpanan, maka ia suka "observasi" ke tempat-tempat hiburan, buktinya isteri muda yang sekarang juga ditemukan di panti pijat tradisional.
Di sisi lain ia juga mengakui bahwa suaminya itu orang baik, baik kepada keluarga dan juga kepada tetangga. Suaminya juga idola bagi anak-anaknya. Suaminya seorang muslim juga tetapi tidak rajin salat, masih rajin salat anak-anaknya. Ibu itu juga mengaku menjalankan salat tetapi sering tinggal terutama jika lagi sibuk. Sebagai suami, kata ibu itu, ia adalah suami yang penuh perhatian dan suka mengalah, terbukti setiap kali kepergok juga segera memutuskan hubungan. Tetapi dengan isteri muda yang terakhir ini, dia mengatakan bahwa ia akan menceraikan isteri mudanya nanti setelah melahirkan, karena ia sedang hamil 4 bulan.
Ibu itu bercerita bahwa terkadang ia tergoda untuk melabrak kepada madunya itu seperti yang dulu dilakukan kepada madu-madu sebelumnya, tetapi sikap anak-anaknya yang membela bapaknya membuatnya menjadi bingung. Sebagai wanita karir di kota besar, ia merasa tabah mengahadapi ulah suami, tetapi menghadapi sikap anak-anaknya betul-betul membuatnya bingung. Ia tak faham apa dan siapa yang sebenarnya sedang ia hadapi, suami atau anak-anaknya.
Kasus ini sebenarnya adalah problem yang berhubungan dengan kodrat kejiwaan manusia. Ibu itu mengalami konflik interest, fikiran dan perasaannya tidak sejalan, qalb, nafs, akal dan hati nuraninya tidak sedang dalam kondisi harmoni sehingga ia merasa tidak mampu membuat keputusan. Ia juga kesulitan menempatkan dirinya di antara suami, anak-anak dan Alloh SWT, tetapi ia sadar bahwa ada kekuatan yang bisa membantunya tetapi belum ditemukan. Ia sadar, bahwa sebagai muslimah ia kurang taat dalam menjalankan agama, tetapi ia berharap bahwa agama akan membantu membimbingnya dalam membuat keputusan atas apa yang akandilakukan, sehingga pertanyaannya kepada penulis sebagai konselor juga sudah definitif, yaitu apa yang harus dilakukan menurut tuntunan agama Islam.
Karena ibu itu sudah siap menerima tuntunan agama, maka terapi psikologis yang saya sampaikan juga merupakan paket yang konkrit. Kepadanya saya menyampaikan bahwa agama memberikan kebebasan kepada ibu untuk memilih satu di antara 3 (tiga) jalan:
1. Pilihan pertama, labrak saja isteri muda itu dan laporkan kepada Polisi supaya kapok, saran saya. Akan tetapi ibu harus bisa membayangkan bahwa barangkali untuk kali ini suami ibu tidak akan mengalah. Jika kemudian suami ibu ditindak oleh atasan karena melanggar PP 10, maka di mata suami, ibu adalah biang keladi dari kegagalan karirnya, dan ia akan simpati kepada isteri muda yang di labrak oleh ibu, dan dalam persepsinya isteri mudanya itu teraniaya (mazlum) sementara ibu dianggap sebagai penganiaya (zalim). Pilihan pertama ini biasanya dilakukan oleh perempuan kebanyakan, bukan perempuan pilihan, langkah yang manusiawi, dapat dimengerti tetapi hasilnya merugikan diri sendiri.
2. Pilihan yang kedua, ibu bisa sabar menunggu sampai isteri muda itu melahirkan, dan setelah itu tagih janji suami ibu untuk menceraikannya. Langkah ini juga dapat difahami, rasional dan manusiawi, tetapi belum mengandung nuansa keindahan.
3. Pilihan ketiga, adalah pilihan yang biasanya dilakukan oleh perempuan utama. Jika ibu memilih langkah ini, maka ibu harus memandang isteri muda suami ibu bukan hanya sebagai madu, tetapi sebagai perempuan, sebagai makhluk yang membutuhkan pertolongan orang lain, seperti ibu juga sedang membutuhkan pertolongan orang lain.
Dalam kehidupan, perempuan sering tidak bisa menentukan jalan hidupnya, tetapi harus tunduk kepada tangan kokoh sistem sosial yang terkadang tidak menyenangkan. Coba ibu renungkan, apakah perempuan yang sekarang menjadi madu ibu itu senang bekerja di panti pijat, dan kira-kira apa yang akan dia lakukan jika dicerai oleh suami ibu. Untuk bisa menjadi perempuan utama, ibu harus berpihak kepada perempuan, peduli kepada nasib perempuan.
Dalam menghadapi masalah ibu, ibu dapat melakukan suatu bargaining dengan suami, misalnya nanti setelah perempuan madu anda itu melahirkan, ibu bisa berkata kepada suami. Sudahlah pak, biar dia tidak usah dicerai, saya kasihan kepada masa depan dia, sebab jika dicerai hampir dapat dipastikan ia akan kembali ke panti pijat, dan selanjutnya akan ada lagi perempuan lain yang menderita karena suaminya tergoda kepadanya. Akan tetapi saya punya permintaan, yaitu sejak hari ini Bapak harus taat beragama, rajin menjalankan solat, dan jauhi segala macam kemaksiatan. Doakan agar saya mampu hidup lurus dan kuat menghadapi realita ini.
Ibu, kata saya, pilihan ke tiga ini pilihan perempuan utama, oleh karena itu berat dan tidak semua perempuan dapat melakukannya, karena manusia itu lemah. Alloh SWT juga tahu bahwa perempuan dan juga, manusia pada umumnya memiliki kelemahan, oleh karena kepada orang yang sedang mengalami persoalan seperti ibu, agama mengajarkan doa-doa untuk memperkuat diri.
Mendengar kata-kata terakhir tadi, ibu tersebut tersentak dan dengan sangat antausias minta diajarkan doa yang saya maksudkan. Rupanya kata kunci doa, menggetarkan batin ibu itu untuk berani menerima kenyataan dan siap melakukan apa yang diangap baik menurut agama meskipun berat. Kepada ibu itu kemudian saya berikan teks doa yang sebenarnya doa umum, tetapi karena kehausannya kepada hubungan dengan Alloh SWT maka doa itu dianggapnya sebagai doa khusus untuk dia sendiri.
Ketika saya tanyakan apakah ibu bisa membaca Qur'an, ia menyatakan bisa sekedarnya, ketika saya tanyakan apakah ibu suka menjalankan salat tahajjud, ibu itu mengatakan: alhamdulillah setelah ada kasus ini saya sekarang sudah kenal salat tahajud, padahal dulu boro-boro tahajud, salat lima waktu saja sering tertinggal.
Mendengar pengakuannya itu maka secara langsung saya tanamkan logika baru: Nah bu, sebenarnya dari dulu Alloh SWT menginginkan agar ibu menjadi manusia yang dekat dengan Nya, tapi ibu dipanggil-panggil tak mau mendengar, ibu sibuk urusan sendiri saja. Sekarang Alloh SWT membentak ibu dengan kasus ini, dan ibu baru mendengar panggilan Alloh SWT. Jadi kasus ini adalah rahmat Alloh SWT yang diberikan kepada ibu dalam bentuk tamparan agar ibu menjadi orang yang dekat dengan Nya. Jika manusia sudah merasa dekat dengan Nya, maka selain Alloh SWT; misalnya suami, anak, jabatan dan harta menjadi urutan berikutnya. Saya yakin ibu mampu menghadapi cobaan ini, dan ibu insya Alloh akan lulus, menjadi hamba Alloh yang dekat dengan Nya, menolong seorang perempuan, membuat suami rajin beribadat dan anak-anak ibu akan tetap bersama ibu. Insya Alloh.

Adakah Hal Yang Masih Patut Disesali

Mungkin kah hidup yang kita jalani tanpa penyesalan? Sebuah pertanyaan yang menarik ditanyakan oleh sahabat kepada saya, pada suatu sore saat kami sedang berdiskusi. Beliau mengisahkan tentang pekerjaannya. Kesuksesannya dalam berkarir tidak diikuti dengan kesuksesannya dalam berumahtangga. Beliau yang telah menikah selama lima tahun kini merasa mulai banyak ketidakcocokan diantara mereka. Perbedaan usia hingga 12 tahun terkadang membuat ia merasa pilihan dan tindakannya tidak dipahami oleh istrinya yang masih muda belia.
Bayangkan saja, ketika dia bekerja melampaui jobdes-nya, atasannya senang. Perusahaannya senang. Lalu dia mendapatkan reward yang lebih baik daripada karyawan lainnya. Bahkan, jika keadaan memungkinkan, bisa jadi dia dipromosikan. Itu sudah menjadi hukum alami. Namun, mengapa istrinya tidak menyambut baik keberhasilannya hingga pernah di suatu hari istri menyuruhnya untuk keluar dari pekerjaan dan lebih memilih untuk memulai usaha sendiri. Sang istri merasa kehidupan keluarganya lebih hangat dan penuh cinta ketika suaminya hanya menjadi karyawan biasa meskipun dengan pendapatan yang pas-pasan. Layaknya seorang yang sedang dalam kebimbangan karena keadaanya yang salah dalam melakukan pilihan maka sahabat saya sangat menyesali kesalahannya itu.
Hidup tanpa penyesalan, berarti tidak melakukan sesuatu yang kelak akan mendatangkan penyesalan. Tiada yang tahu apa yang akan terjadi esok hari. Bisa jadi penyesalan hari ini tidak bisa lagi diperbaiki, sebab kesempatan itu telah berlalu, atau bahkan tidak pernah tiba. Justru menambah dalam penyesalan. Karena itu senantiasa melakukan tindakan yang terbaik adalah keharusan. Menjalani hidup sebaik-baiknya hari ini, demi kebaikan di masa yang akan datang.
Saya mengatakan pada sahabat saya bahwa penyesalan itu penting. Penyesalan itu adalah sebuah akibat dari sebuah sebab. Akibat yang tidak sesuai dengan kehendak itulah yang mendatangkan penyesalan. Artinya, jika akibat yang yang ada tidak seperti yang di kehendaki, berarti ada yang salah pada sisi sebabnya. Maka penyesalan itu datangnya selalu belakangan, lantaran ia hanya akibat. Karena ada yang salah pada sisi sebabnya, maka penyesalan itu menjadi penting. Penyesalan itu sebuah kondisi dimana seseorang telah menyadari kekeliruannya. Telah menemukan kesalahannya. Menginsyafi bahwa apa yang telah dilakukannya salah dan merugikan dirinya. Ketika kita dilarang menyesali keadaan, maka sama artinya kita dilarang menginsyafi dan menyadari kesalahan-kesalahan kita.
Taubat itu tidak akan terjadi jika tidak diawali dengan sebuah penyesalan, bukan? Karena ia sadar bahwa ia berbuat salah, karena ia menginsyafi bahwa ia telah men-dzalimi banyak orang, dan itu semua merugikan diri sendiri dan banyak orang, maka ia menyesal dan bertobat serta tidak akan melakukannya lagi. Begitu kan urut-urutannya? Karena itulah "penyesalan" itu adalah pintu menuju pertobatan. Menjalani hidup tanpa penyesalan memang tidak mudah. Lalu bagaimana bila penyesalan itu akhirnya terjadi? Bila penyesalan itu tanpa bisa dihindari timbul, maka ada dua pilihan yang bisa diambil. Pertama tenggelam semakin dalam pada lautan penyesalan. Menyiksa diri lebih lanjut. Atau yang kedua, yang merupakan suatu hal penting yang harus selalu kita ingat, yaitu menyadari bahwa segala sesuatu yang telah terjadi pada diri, baik atau pun buruk, itu adalah yang terbaik untuk kita.
Inilah indahnya hidup yang kita jalani. Sesungguhnya tiada ciptaan-Nya yang sia-sia. Bila hal ini telah tertanam di hati, maka kita dapat melihat bahwa terdapat hikmah pada segala hal. Bahkan pada suatu kemalangan yang menimpa. Karena ujian hidup merupakan sarana pendidikan dari Allah, agar menjadi manusia yang lebih baik. Penyesalan Memang Selalu datang terlambat, adakah penyesalan yang datang terlalu awal? Apabila ada penyesalan yang datang tepat pada waktunya tidak akan ada pelajaran, tak akan merasakan pahitnya kehidupan. Tak ada satupun manusia yang tidak pernah menyesal. Penyesalan berguna Untuk menjadi pelajaran hidup, agar penyesalan tak selalu menghampiri, agar bisa mengambil keputusan bijaksana, arif dan yang terbaik.
Akhirnya sahabat saya tersebut menyadari bahwa ia hanya perlu bekerja sesuai dengan kemampuan tanpa harus melalaikan perhatiannya kepada keluarga. Sebab, bekerja sesuai dengan kemampuan berarti mempersembahkan pencapaian kerja yang berkualitas tinggi. Melalui seluruh potensi unggul yang telah Tuhan anugerahkan kepada kita. Ternyata sederhana sekali cara untuk menjalani hidup tanpa penyesalan itu. Cukup jalani hidup dengan sebaiknya. Dan ketika cobaan itu datang, jadikan batu loncatan untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Lalu adakah hal yang masih patut disesali?

Beloved Daughter : My Diva Farrah Kayla


Bunda Emma & Kayla

”ATTRACTING GOOD VIBES IN LIFE”

Seorang sahabat mengirimkan sebuah email yang penuh makna. Ia berkata bahwa kebahagiaan adalah sesuatu yang kita putuskan di awal. Apakah kita akan menyukai tentang sesuatu atau tidak, tidak tergantung dari bagaimana sesuatu itu diatur tapi bagaimana kita mengatur pikiran kita. Dimana setiap hari adalah hadiah, dan selama mata kita terbuka, kita pusatkan perhatian pada hari yang baru, semua kenangan indah dan kebahagiaan yang pernah kita alami dan kita simpan.
Subhanallah… kita manusia yang didesain dengan begitu sempurna, memiliki akal, kehendak, dan kemampuan berbicara. Dengan akal kita dapat membedakan mana yang buruk dan mana yang baik, dengan kehendak, kita dapat memilih mana yang benar dan mana yang salah, dan dengan kemampuan berbicara, kita mampu berkomunikasi sehingga memungkinkan dirinya bisa membentuk struktur komunitas di dalam masyarakatnya.
Inilah potensi yang luar biasa yang tidak dimiliki makhluk-makhluk lain selain manusia. Namun terkadang, manusia begitu serakah, kurang syukur sehingga menyatakan bahwa dirinya senantiasa dirundung duka dan nestapa, jauh dari yang namanya kebahagiaan. Hal ini terjadi pada mereka yang mempunyai akal tetapi tidak dipergunakan, mempunyai kehendak tapi tidak diselaraskan, mempunyai kemampuan namun tidak digerakkan.
Bila kita memutuskan untuk bahagia maka kita memutuskan untuk menyukai apapun yang telah kita trima karena itulah bentuk syukur kepada Sang Kuasa. Itu adalah keputusan yang kita buat setiap pagi ketika bangun tidur. Kita punya sebuah pilihan. Apakah kita menghabiskan waktu untuk menceritakan kesulitan-kesulitan yang terjadi pada kita? Atau, bersyukur, berterima kasih dan segera bergerak meraih kebahagiaan kita yang lain. Karena hidup ini semakin berarti ketika kita membebaskan diri dari rasa benci, membebaskan pikiran dari segala kekuatiran, memberikan lebih banyak kepada orang lain. Niscaya, kita dapat merasakan keberlimpahan dan menarik vibrasi yang bermanfaat dalam hidup (”ATTRACTING GOOD VIBES IN LIFE”).