Jumat, Januari 29, 2010

Tanggung Jawab dan Kecerdasan

Tanggung Jawab dan Kecerdasan

Ada tugas yang harus kau emban,
Lakukan hal lain, lakukan banyak hal.
Manfaatkan waktumu sepenuhnya,
Namun kalau kau tidak lakukan satu tugas itu
Seluruh waktumu sia-sia

(Ar Rumi)

Rasa tanggung jawab memiliki hubungan timbal balik positif dengan tingkat kecerdasan seseorang. Semakin kita melatih diri untuk bertanggung jawab, semakin meningkat pula tingkat kecerdasan kita. Sebab, pelaksanaan sebuah tanggung jawab menuntut adanya kecerdasan itu sendiri. Sebagai contoh, kita menerima sebuah amanah untuk menyelesaikan suatu pekerjaan pada waktu dan tempat tertentu, jika kita berusaha menjadi pribadi yang bertanggung jawab tentu kita akan mengerahkan segenap potensi yang ada dalam diri kita, baik energi, kecerdasan, maupun kreatifitas untuk menunaikan kewajiban tersebut.
Sebagai respon terhadap pengerahan potensi yang ada dalam diri kita tersebut maka sel-sel dalam otak kita akan aktif, mulai dari fungsi memori, hingga fungsi kreatifitas akan terus bekerja dalam upaya menunaikan amanah tersebut. Hal ini menjadikan sel-sel di otak kita terus aktif dan hidup, maka dengan sendirinya, sebagaimana pisau yang terus menerus diasah, kecerdasan kita akan semakin meningkat, diri kita semakin kreatif, akal kita semakin tajam dan responsif terhadap keadaan sekitar.
Sebaliknya, sikap tidak bertanggung jawab akan menjerumuskan pelakunya kepada kebodohan, sebab rasa acuh tak acuh dan melupakan amanah yang dibebankan menjadikan sel-sel di otak kita tidak aktif, fungsi memori terlebih lagi fungsi kreatifitas otak kita tidak bekerja. Jika hal tersebut terjadi terus-menerus, maka akal kita akan semakin tumpul, kecerdasan kita semakin menurun, diri kita semakin tidak kreatif dan tidak responsif terhadap keadaan sekitar kita. Sehingga pada puncaknya diri kita akan diliputi kebodohan, tidak peduli sebesar apapun potensi akal yang kita miliki dan setinggi apapun tingkat kecerdasan (IQ) kita.
Itulah sebabnya setiap orang beriman (mukmin) yang memahami betul kedudukan dirinya pastilah orang yang cerdas. Sebab, manusia diciptakan Alloh sebagai khalifah fil ardl. Kedudukan sebagai khalifah fil ardl ini tentu saja membawa tanggung jawab amanah yang begitu agung. Seorang mukmin yang memahami sungguh-sungguh kedudukannya tentulah senantiasa berupaya menunaikan amanah tersebut, hingga ia akan selalu memacu seluruh potensi kecerdasan dalam dirinya setiap saat secara terus-menerus dimanapun dia berada, sebab dia memiliki kesadaran yang begitu tinggi akan amanah yang ia emban.
Islam datang untuk mencerahkan, mencerdaskan dan menyingkap kabut kegelapan. Ini tercermin tidak saja melalui ayat pertama yang diwahyukan kepada Rasulullah SAW, tetapi juga dalam seluruh aspek ajaran Islam yang mengajarkan kepada pemeluknya untuk memiliki rasa tanggung jawab tidak saja kepada diri, keluarga namun juga kepada masyarakat yang lebih luas. Tanggung jawab sosial begitu ditekankan dalam ajaran Islam, sabda Rasulullah yang berbunyi " bukan termasuk golonganku orang yang tidur dalam keadaan kenyang sementara tetangganya tidak bisa tidur karena kelaparan" memperlihatkan dengan jelas betapa Islam mengajarkan kepada para pemeluknya sikap tanggung jawab yang begitu besar. Maka seorang yang benar-benar beriman akan dengan sungguh-sungguh menunaikan kewajibannya, dan dalam proses situ ia senantiasa mengerahkan potensi akal yang dimilikinya sehingga ia menjadi orang yang cerdas.

http://www.top-education.co.nr
http://www.e-miracle.com

Tidak ada komentar: