Jumat, Januari 29, 2010

Membentuk Kecerdasan Lewat Seni

Membentuk Kecerdasan Lewat Seni
Ditulis oleh: Mita Zoe


Seni memiliki kekuatan besar untuk mempengaruhi emosi sekaligus kognisi anak. Karena seni sesungguhnya adalah media yang paling nyaman dan mampu memikat anak untuk mempelajari apa pun. Ketua Asosiasi Pengajar Seni Indonesia, Dr Cut Kamaril Wardani, mengatakan seni merupakan bahasa. Musik merupakan bahasa bunyi, seni rupa merupakan bahasa rupa, seni tari dan drama merupakan bahasa bahasa gerak dan mimik. Seni berada di wilayah rasa, yaitu estetika. Pembentukan nilai estetika pada anak dapat menstimulasi perasaan cerdas (smart feeling), yaitu anak bisa mengatur emosinya, anak mengetahui kapan dan cara yang tepat mengutarakan emosinya.

Cut Kamaril mengatakan, seni tak hanya menggunakan perasaan atau intuisi, namun juga logika dan kreativitas. ’’Pendidikan seni memiliki fungsi dan peran meningkatkan kreativitas dan mengembangkan bakat anak. Perlu digaris bawahi bukanlah sebatas bakat seniman saja tapi juga meningkatkan kecerdasan-kecerdasan lain. Seni menjadikan anak kreatif secara utuh,’’ paparnya.

Pakar pendidikan anak usia dini, Ellen Booth Church, dalam artikelnya From Scribbles to Symbols, mengatakan, seni dikatakan juga sebagai bahasa pertama anak karena mereka menggunakan perasaan dan pengalaman sendiri dalam membuat karya seni. Bahkan melalui goresan-goresan yang sering kita sebut benang kusut anak tengah berkomunikasi melalui media seni. Setiap anak menghasilkan arti yang berbeda-beda dalam setiap tarikan garisnya.

Di masa golden age umumnya otak kanan lebih dulu berkembang daripada otak kiri. Menurut Kepala Dinas Pendidikan Dasar dan psikolog anak, Dr Sylviana Murni SH Msi, meski perkembangan otak secara keseluruhan juga penting, orangtua hendaknya memberikan stimulasi yang mengembangkan fungsi otak kanan antara lain melalui kegiatan menyanyi, menari, menggambar, dan bermain. Hal ini mengindikasikan bahwa stimulasi yang diberikan didasari oleh seni. Berbagai potensi dasar anak yang dapat dikembangkan, yaitu perasaan atau emosi, kapasitas intelektual, perkembangan motorik, kreativitas, kepekaan estetis dan perkembangan sosial.

Pintu kecerdasan
Pengembangan motorik anak melalui kegiatan seni terlihat dengan berkembangnya keterampilan motorik halus dan kasarnya. Kematangan motorik sangat diperlukan dalam mengekspresikan dirinya. Cut menambahkan, salah satu contoh kegiatan seni yang dapat meningkatkan kecerdasan kinestetik anak ialah kegiatan menggunting. Saat anak usia 1-2 tahun, berikan kertas dan gunting kemudian biarkan ia berupaya sendiri. Kegiatan ini berfungsi untuk menstimulasi konsentrasi mata dan kecerdasan kinestetiknya. Kegiatan lainnya adalah menari.

Pengembangan perseptual berkaitan dengan kepekaan sensori yang diperoleh melalui berbagai pengalaman bereksplorasi melalui aktivitas seni. Saat anak melihat bunga, membantu anak membentuk persepsi tentang sifat bunga baik warna, bentuk, dan kegunaannya. Anak pun akan melihat keindahan sebagai hal yang berharga sehingga bisa memperlakukan lingkungannya dengan, baik seperti tidak memetik bunga sembarangan, mencoret-coret tembok, dan membuang sampah pada tempatnya.

Salah satu pengembangan kapasitas intelektual melalui seni, misalnya belajar matematika. Melalui seni musik, misalnya konsep lingkaran, minta anak membentuk lingkaran tersebut 2-3 orang untuk mewakili lingkaran kecil dan 5-6 orang untuk mewakili lingkaran besar. Nyanyikan lagu yang mewakili setiap ukuran lingkaran besar-kecil lalu ajak anak menghitung keliling, lingkaran besar 6 orang berarti 6 meter, tentu akan lebih menyenangkan.

Selain itu, anak pun bisa belajar matematika melalui kegiatan seni melipat. Berikan satu helai kertas kemudian lipat 2 dan gunting, katakan padanya bahwa kertas jadi setengah bagian melalui cara ini untuk anak belajar konsep membagi. Pengembangan kapasitas intelektual melalui kegiatan seni dengan membuat berbagai lambang rupa, gerak, dan bunyi. “Seiring perkembangan kemampuan berpikirnya, lambang tersebut akan memiliki makna. Hal ini terlihat dengan semakin rincinya anak mengekspresikannya,”kata Cut.

Selain itu, kata Cut, anak juga bisa belajar salah satu efek fisika yaitu membentuk bayangan melalui seni. Melalui seni peran,dengan menciptakan bayangan di tembok dengan memainkan tokoh karakter anjing atau kucing. Atau menunjukkan terjadinya gerhana dengan menggunakan cahaya senter, anak belajar mengkomposisikan cahaya melalui sudut yang tepat.

Cut menambahkan, pengembangan estetis melalui kegiatan seni tampak dengan munculnya kepekaan anak dalam menata berbagai pikiran, perasaan, dan imajinasi dalam berekspresi. Selain itu, anak memiliki kepekaan rasa yang baik dan toleransi terhadap sesama karena dalam menilai sebuah karya bersifat objektif. Anak belajar menerima pendapat orang lain saat menunjukkan bentuk apresiasinya. “Kegiatan seni bersifat bebas, namun terkendali khususnya dalam berekspresi, sehingga seni bisa mengembangkan kecerdasan intrapersonal dan interpersonal anak,” katanya.

Cut menyambung, seni dapat membuka jendela indera anak. Saat usia anak belum beranjak 2 tahun, berikan stimulasi dengan bercerita atau mendongeng. Pilih buku dengan gambar-gambar yang menarik. Indera penglihatannya akan terstimulasi untuk melihat gambar, warna, dan bentuk. Ceritakan dengan metode story telling seperti menirukan suara harimau, kucing, atau anjing yang akan menstimulasi indera pendengarannya.

Peran seni bersifat multidimensional, multilingual, dan multikultural serta mengembangkan kecerdasan anak. Untuk itu, upaya pengembangan perilaku dan potensi dasar anak dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan seni. “Ketika anak belajar dengan dan melalui seni, anak tak harus menjadi seorang seniman. Namun, seni dijadikan media belajarnya,” jelas Cut.

Pembinaan lingkungan
Menurut Cut, bakat seni bukanlah keturunan tapi pembinaan lingkungan. Sejak anak masih dalam kandungan, orangtua sebenarnya sudah memberikan sentuhan pembentukan bakat anak. Misalnya ketika ibu hamil memperdengarkan musik favoritnya pada anak, secara tak langsung anak belajar mengenal bahasa bunyi/musik. Namun, kemampuan seni anak perlu disertai adanya penguatan mulai dari hal yang sederhana. Misalnya, saat membelikan baju anak, orangtua bisa melatih kepekaan anak saat memilih warna pakaian dengan menanyakan pendapat si kecil. “Tanpa disadari, sebenarnya orangtualah yang menularkan intuisi seni atau selera (taste) pada anak,” katanya

Cut menjelaskan, implementasi penerapan seni dalam mengembangkan potensi anak mengharuskan pendidik khususnya orangtua lebih kreatif mendesain pembelajaran. Terdapat beberapa pendekatan pengajaran dalam seni, yaitu pendekatan mengajar untuk seni, mengajarkan unsur–unsur seni seperti nilai estetik dan artistik. Kemudian, mengajar dengan seni dan melalui seni yang merupakan kekuatan dari pendidikan seni.

Untuk mengakomodasi kebutuhan anak, lanjut Cut, terapkan melalui kegiatan seni terpadu (integrated art). Kegiatan yang memberikan kesempatan anak untuk mengamati, menyerap, menyaring, menafsirkan berbagai informasi dan fenomena lingkungan, serta membuat lambang yang bermakna.

Orangtua haruslah selektif dalam memilih topik atau materi, penggunaan metode, dan media. Sebaiknya pilih yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari anak, melibatkan objek nyata, dan memberikan kesempatan anak untuk menerapkannya dalam upaya memecahkan masalah.

Dalam membuat suatu karya, Cut memaparkan, dorong anak berpikir bebas dalam mencari ide. Pancing imajinasi anak, salah satunya dengan menggunakan barang-barang bekas menjadi sesuatu yang berguna. Misal, menggunakan koran bekas untuk membuat kelopak bunga. Orangtua juga bisa membantu mengembangkan kepekaan rasa anak dengan mendampingi anak saat berkegiatan. Misal, Anda bisa menularkan intuisi seni dengan memberikan masukan warna yang sesuai antara merah dengan kuning.

Sumber: Inspired Kids Magz

Tidak ada komentar: